BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa
ini profesi perawat semakin marak.banyak yang membutuhkan tenaga perawat. Baik
di Rumah sakit, balai pengobatan maupun di puskesmas. Untuk menjadi perawat
yang profesional dibutuhkan keterampilan dari segi kemampuan komunikasi ataupun
skill dalam merawat pasien. Agar tujuan bisa tercapai, perlu adanya komunikasi
yang lancar antara pasien dengan perawat. Komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien disebut
komunikasi secara terapeutik.
Tujuan
dari komunikasi ini adalah membantu pasien untuk mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta mengurangi keraguan pada diri pasien. Agar pasien lebih terbuka
sehingga proses penyembuhan dapat berjalan secara efektif.
Komunikasi
juga dapat dilakukan oleh penderita buta dan tuli, dengan mengtahui tehnik
komunikasi dapat mengtahui maksut dan tujuan seseorang yang mengalami gangguan
pendengaran dan penglihtan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Komunikasi?
2.
Bagaimana Teknik-Tehnik Komunikasi
Pada Keadaan Khusus Buta dan Pendengaran?
3.
Apa saja hal-hal yang harus
diperhatikan saat melakukan komunikasi?
1.3
Tujuan
penulisan
Adapun
Tujuan Penulisan Yaitu:
1.
Untuk mengetahui pengertian Komunikasi
2.
Untuk mengetahui Bagaimana
teknik-Tehnik Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta dan Pendengaran
3.
Untuk mengetahui Apa saja hal-hal
yang harus diperhatikan saat melakukan komunikasi
1.4
Manfaat
Penulisan
1.
Kita dapat mengetahui pengertian
Komunikasi
2.
Kita dapat mengetahui Bagaimana
teknik-Tehnik Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta dan Pendengaran
3.
Kita dapat mengetahui Apa saja
hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Komunikasi
Menurut
Depkes RI tahun 2001 komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang
dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan
persamaan pikiran antara pengirim dan penerima pesan.Menurut Dale Yoder
dkk,kata communications berasal dari sumber yang sama seperti kata common yang
berarti bersama,bersama-sama dalam membagi ide.
Berdasarkan
tempatnya komunikasi bisa terjadi dimana saja.Baik dalam kehidupan sehari-hari
(komunikasi informal) hingga komunikasi yang bersifat resmi (komunikasi
formal).Dunia kesehatan juga tidak lepas dari komunikasi.Komunikasi di dunia
kesehatan bisa terjadi sesama rekan kerja,perawat dengan klien maupun
sebaliknya.
Komunikasi
yang terjadi di dunia kesehatan sering juga disebut dengan komunikasi secara
terapeutik.Komunikasi terapeutik sendiri maksudnya adalah komunikasi yang
dilakukan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien.
Dalam
melakukan komunikasi tiap pasien mempunyai tingkat kesulitan
masing-masing.Contohnya pada pasien dengan gangguan kebutaan tentu saja akan
berbeda jika dibandingkan dengan pasien biasa.dibutuhkan teknik khusus untuk
membangun kepercayaan antara pasien dengan perawat.
2.2
Tehnik Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta
A. Klien dengan Gangguan Penglihatan
Gangguan
penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa
mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf
penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain
dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus
hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan
visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung
pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh
karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran
dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh
informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.
B. Teknik Komunikasi
Berikut
adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan penglihatan:
- Sedapat
mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan
parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika
anda berada didekatnya
- Identifikasi
diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda
- Berbicara
menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya
menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan
besar dan bermakna bagi klien
- Terangkan
alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan
sentuhan pada klien
- Informasikan
kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi
- Orientasikan
klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya
- Orientasikan
klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang
baru.
v Macam-Macam Penyakit Mata
v Hambatan Komunikasi Pada Klien Yang
Buta
- Buta warna :
Orang yang menderita buta warna tidak mampu membedakan warna dengan baik.
Bagi seorang penderita buta warna, yang nampak hanya warna hitam, putih ,
abu abu. Buta warna pada umumnya merupakan penyakit keturunan.
- Rabun jauh :
Orang yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan baik benda benda
yang jaraknya jauh, tetapi tidak dapat melihat dengan baik benda benda
yang jaraknya dekat. Penderita rabun jauh dapat ditolong dengan
mempergunakan kacamata dengan lensa cembung.
- Rabun dekat :
Orang yang menderita rabun dekat, dapat melihat dengan baik benda benda
yang jaraknya dekat, tetapi tidak dapat melihat dengan baik benda benda
yang jaraknya jauh. Penderita rabun dekat, dapat ditolong dengan
mempergunakan kacamata dengan lensa cekung. Perlu diingat, kebiasaan
membaca terlalu dekat pada anak anak dapat mempercepat terjadinya penyakit
rabun dekat.
- Rabun senja (Xeroptalmia) : Orang
yang menderita rabun senja, tidak dapat melihat dengan jelas mulai pada
waktu senja. Penderita rabun senja banyak menimpa anak anak balita. Pada
era tahun 1960 -1970 banyak anak anak yang menderita rabun senja.
penyebabnya karena kekurangan vitamin A .
- Astigmatis :
Orang yang menderita astigmatis, tidak dapat melihat benda dengan jelas.
Semua benda yang dilihat akan nampak kabur seperti photo yang tidak tepat
fokusnya. Penyakit ini disebabkan oleh kelainan/kerusakan dari
kornea.
- Juling :
Orang yang menderita penyakit ini mudah dikenal, karena biasanya penderita
sulit mengarahkan kedua biji matanya kesatu arah.
- Retinopatia
diabetes : Tajam penglihatan perlahan-lahan menurun. Pada retina terlihat
eksudat berwarna kekuning-kuningan yang memperlihatkan tanda-tanda akan
bergabung menjadi satu yang besar-besar dan irregular.
- Katarak :
Penglihatan kabur/tidak jelas.
· Tunanetra
adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi
Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau
tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam
indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain
yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus
diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media
yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya
adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan
media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak
JAWS. Untuk
membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya
mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan
tongkat putih (tongkat
khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
-
Kesulitan melakukan komunikasi secara visual dengan bahasa tubuh.
-
Klien kesulitan menangkap atau memahami informasi dalam bahasa
visual.
-
Klien tidak dapat melihat dan mengetahui tindakan apasaja yang dilakukan
padanya, dan klien hanya dapat merasakannya saja.
C. Syarat-Syarat Komunikasi Pada
Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Dalam
melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori
penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga
terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu
syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien
dengan gangguan sensori penglihatan adalah :
- Adanya
kesiapan
artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluarannya harus
dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
- Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan
atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh
atau serius.
- Ketulusan artinya sebelum individu
memberikan informasi atau pesan kepada indiviu lain pemberi informasi
harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang
baik dan memang perlu serta berguna untuk sipasien.
- Kepercayaan diri artinya jika perawat
mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara
penyampaiannya kepada pasien.
- Ketenangan artinya sebaik apapun dan
sejelek apapun yang akan disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak
emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka
iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
- Keramahan artinya bahwa keramahan ini
merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan
yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan
aman bagi penerima.
- Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian
informasi, sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan
penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau
diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan
kejelasan informasi dengan baik.
2.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Pada
Klien Gangguan Penglihatan
Agar
komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan
lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
- Dalam
berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
- Periksa
lingkungan fisik
- Perlu adanya
ide yang jelas sebelum berkomunikasi
- Komunikasikan
pesan secara singkat
- Komunikasikan
hal-hal yang berharga saja.
- Dalam
merencanakan komunikas, berknsultasilah dengan pihk lain agar memperoleh
dukungan.
A. Tehnik komunikasi terapeutik.
Tiap
klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang
berbeda pula, diantaranya adalah :
- Mendengarkan
dengan penuh perhatian
Berusaha
mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian
merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
- Pandang klien
ketika sedang bicara
- Pertahankan
kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
- Sikap tubuh
yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan
- Hindarkan
gerakan yang tidak perlu
- Anggukan
kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
- Condongkan
tubuh ke arah lawan bicara.
- Menunjukkan
penerimaan
Menerima
tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Berikut ini menunjukkan
sikap perawat yang menerima :
- Mendengarkan
tanpa memutuskan pembicaraan
- Memberikan
umpan balik verbal yang menapakkan pengertian
- Memastikan
bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal
- Menghindarkan
untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah
pikiran klien.
- Menanyakan
pertanyaan yang berkaitan
Tujuan
perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai
klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan
gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan
pertanyaan secara berurutan.
- Mengulang
ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan
mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
- Klarifikasi
Apabila
terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar,
perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
- Memfokuskan
Metode
ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik
dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika
menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa
informasi yang baru.
- Menawarkan
informasi
Tambahan
informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap
keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi
klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila
ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi
alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika
memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
- Diam
Diam
memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya.
Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak
maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses
informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
- Meringkas
Meringkas
adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode
ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek
penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik
yang berkaitan.
-
Memberikan penghargaan
Memberi
salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang
perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang
mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
-
Menawarkan diri
Klien
mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau
klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya
menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan
tanpa pamrih.
- Menganjurkan
klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila
perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari
perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada
perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan
timbulnya gejala ansietas.
v Aplikasi Komunikasi Pada Klien
Dengan Gangguan Penglihatan
Pada
suatu siang di sebuah rumah sakit di Surakarta,di suatu bangsal bernama Bangsal
Melati terdapat seorang pasien dengan nama saudara S.Pasien mengalami kebutaan
sejak lahir.Beberapa hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu dilakukan
operaasi di ekstremitas bawah tepatnya di fibula.Lalu perawaat akan melakukan tindakan
memberikan obat pada Saudara S.
Di
ruang perawat bangsal melati.
Senior
: “Dik,tolong pasien nomor bed 5 kamar 1 diberi obat,ini
sudah
jamnya minum obat.”( Memegang bahu perawat )
Perawat
:” Iya mbak.”
Perawat
mengambil peralatan lalu berjalan menumu ruang pasien.Tiba di ruang pasienn
terdapat pasien serta keluarga pasien.
Perawat
: “Selamat
siang pak,bu”
Keluarga
: “Selamat
siang mbak”.
Perawat
: “Ini sudah
waktunya dek S minum obat.”
Keluarga
II : “Oh ya mbak,
silakan…”
Perawat
: Selamat siang dik S. (Menyentuh bahu pasien)
Pasien
: Siang.. Siapa ya? (mengerutkan kening)
Perawat
: Saya Purwanti,masih inget nggak? Ini mbak yang kemarin membantu adik minum
obat.
Pasien
: Oh ya mbak saya ingat,
Perawat
: Gimana dik kabarnya hari ini?
Pasien
: Umm,baik mbak
Perawat
: Gimana
tidurnya semalam?
Pasien
: Semalam tidurnya kurang nyenyak mbak,kakiku gatel, rasanya cenat-cenut.
Perawat
: Oh,kalau
gatel itu biasanya udah mau sembuh,dik
Jangan
digaruk ya?
Pasien
: iya mbak,
Perawat
: Mbak
disini mau membantu adik untuk minum obat.
Pasien
: Obat apa
mbak? Untuk apa?
Perawat
: Ini obat untuk mempercepat penyembuhan luka pada kaki
adik. Biar bisa
masuk sekolah lagi. Gimana dik, mau dibantu sama mbak?
Pasien
: Iya mbak
mau…
Perawat
: Sekarang adik bangun dulu ya? (sambil membantu pasien bangun). Nah ini
diminum, airnya yang banyak biar obatnya cepet larut.
Setelah
selesai melakukan tahap kerja, perawat melakukan evaluasi untuk mengetahui
hasil tindakan yang dilakukan, apakah sudah mencapai tujuan.
Perawat
: Gimana dik
habis minum obat?
Pasien
: Pait mbak,
nggak enyakkk…
Perawat
: Oh iya dik
gak papa,
Kalau
adik mau minum obat lagi, mbak nanti kesini lagi. Atau kalau ada apa-apa adik
bisa panggil mbak di ruang keperawatan.
Pasien
: Ya mbak.
Perawat
:
Bapak,ibu.. saya permisi kembali ke ruang keperawatan
Selamat
siang.
Keluarga
: Ya
sus,terima kasih. Selamat siang
Setelah
selesai melakukan semua tindakan termasuk evaluasi, perawat melakukan tindakan
pendokumentasian.
2.4 Tehnik Komunikasi pada Keadaan Khusus Pendengaran
1.
Pada Klien dengan Gangguan Sensoris Pendengaran
Pada
klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang
dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya.
Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan
komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra
visualnya.
Teknik
Komunikasi
Berikut
adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan
pendengaran:
- Orientasiakan
kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan
klien
- Gunakan
bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien
membaca gerak bibir anda
- Usahakan
berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh
dan mimik wajah yang lazim
- Jangan
melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet)
- Bila mungkin
gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar
- Gunakan
bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan
- Apabila ada
sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam
bentuk tulisan atau gambar (simbol).
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu
berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
- Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
- Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
- Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
- Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
- Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad
jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa
berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa
verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan
dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi
pada klien dengan gangguan penglihatan adalah komunikasi yang dilakukan secara
verbal maupun nonverbal. Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami
gangguan penglihatan seorang perawat harus mempelajari dan memahami teknik
komunikasi yang dapat digunakan. Sedangkan Pada klien dengan gangguan
pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual.
Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi
dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat
penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya
sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Dengan
demikian komunikasi akan terjadi dengan baik dan pesien akan merasa puas, tidak
ada keluhan tentang pelayanan, dan memberikan persahabatan serta penyembuhan
lebih cepat, disamping itu tenaga medis dan paramedis akan merasa puas karena
dapat memberikan pelayanan yang baik dan penyembuhan.
C. Saran
Perawat
harus bisa menghadapi klien dengan gangguan penglihatan agar terjadi hubungan
terapeutik dengan klien. Walaupun pasien tidak dapat melihat, perawat harus merawat
klien dengan baik dan perawat tidak boleh menyepelekan klien tersebut dan
mendahulukan kebutuhan klien lain yang tidak mengalami gangguan persepsi
sensori, khususnya gangguan penglihatan.
Komunikasi Perawat.Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Bila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa
tubuh, menunjukkan sikap tertentu, contohnya dengan tersenyum, menggelengkan
kepala, mengangkat bahu. Cara menggunakan bahasa tubuh ini disebut dengan komunikasi
nonverbal.
Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara dua orang atau lebih.Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi dan mempengaruhi orang lain.dan komunikasi perawat ini penting peranannya dilakukan oleh seorang perawat kepada para pasiennya
Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara dua orang atau lebih.Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi dan mempengaruhi orang lain.dan komunikasi perawat ini penting peranannya dilakukan oleh seorang perawat kepada para pasiennya
Interaksi perawat dan pasien akan menghasilkan informasi untuk perawat tentang keadaan pasien dan pada waktu yang bersamaan perawat dapat memberikan informasi tentang cara-cara menyelesaikan masalah dengan strategi tertentu sehingga pasien terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian masalah pasien. Jika pasien menerima dan melakukan informasi yang diberikan oleh perawat maka perilaku pasien berubah ke arah adaptif yang merupakan hasil utama tindakan keperawatan.
Sikap komunikasi perawat dapat ditampilkan melalui tindakan atau perilaku sebagai berikut :
1. Gerakan tubuh. seperti sikap tubuh, ekspresi wajah dan sikap-sikap lain. Misalnya: tersenyum, kontak mata, sedikit membungkuk pada saat bicara, tidak melipat tangan, tidak menyilangkan kaki, tidak memasukkan tangan ke kantong.
2. Jarak saat berinteraksi. Ruang intim sampai 50 cm, ruang pribadi 50-120 cm, dan ruang konsultasi sosial 275-365 cm. Komunikasi terapeutik pada umumnya terjadi di ruang pribadi, tetapi antara pasien dengan perawat tidak dibatasi meja.
3. Sentuhan. Digunakan dalam komunikasi terapeutik, tetapi harus dilakukan secara tenang sambil menganalisis kondisi pasien dan respons yang mungkin akan diberikan oleh pasien. Sentuhan tidak tepat untuk beberapa situasi, misalnya: terhadap pasien yang penuh curiga dan tidak percaya kepada orang lain, pasien yang merupakan korban penganiayaan, pasien yang budayanya melarang atau membatasi sentuhan. Beberapa contoh sentuhan: bersalaman, menepuk bahu / mengangkat jempol / tepuk tangan untuk memberikan pujian, memegang tangan pasien pada saat pasien sedih dan menangis.
4. Diam. Digunakan untuk memfasilitasi pasien dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Hal ini dilakukan kepada pasien menarik diri, setelah perawat mengajukan pertanyaan maka perawat diam untuk memberi kesempatan pada pasien berpikir tentang jawaban pertanyaan.
5. Volume dan nada suara. Hal ini mempengaruhi penyampaian pesan. Pada pasien lansia / lanjut usia volume suara tinggi dengan nada rendah, pada pasien perilaku kekerasan, volume dan nada suara rendah tetapi tetap tegas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar